Wednesday, January 27, 2010

kisah bapak memandang etalase

Pagi ini saya melihat beberapa ekspresi orang lain. Kurang kerjaan tapi mungkin bisa membangkitkan mood saya yang dari kemarin seperti drop tak keruan.

lalu saya melihat ekspresi seorang laki2x paruh baya,,, mungkin umurnya sekitar 35an lah.Melihat etalase lobby kantor saya dimana disana sedang ada bazaar.kebetulan sekali point of view bazaar ini bisa dilihat langsung setelah memasuki kompleks perkantoran ini.
Seperti saya kemarin ekspresi yang saya tawarkan kepada etalase toko adalah "ada apa sih ini? kok orang2x pada jualan?" yaitu, ternyata bazaar gajian...pintar sekali kantor saya membuat bazaar di hari pertama gajian yang pembayarannya pun harus menggunakan kartu keluaran kantor saya ini.

anyway, kembali ke si ekspresi bapak itu...tiba 2x langkah cepat saya tertahan sejenak,karena melihat bapak itu menatap etalase lobby sambil berjalan perlahan. di Benak saya timbul pertanyaaan apakah yan membuat bapak ini tertahan jalannya. dan ketika dia menatap etalase saya bermimpi menebak - nebak apa yang ada dikepalanya.

- "wah,mainan ini bagus sekali untuk anak saya tapi pasti harganya mahal"
- "yahh...tv baru ini bisa keliatan keren di rumah saya"

dari 2 tebakan saya.yang mendekati pasti yang pertama karena begitu dia tertahannya di depan etalase dengan ekspresi yang sedikit menerawang...

Banyak yang ada di pikiran setiap orang, dan bukanlah Tuhan yang bisa menebak semua isi kepala manusia.tapi berhenti dan menatap ekspresi orang lain paling tidak bisa merasakan empathy.

begitu banyak ketidakadilan di dunia, itu kata kita,,, tapi semua itu adil..semua itu memang punya porsinya.

ekspresi bapak tadi mengingatkan saya bahwa saya harusnya lebih bersyukur dan tambah mensyukuri sekecil apapun yang saya punya dan yang saya dapatkan.....

belajar menikmati kesedikitan yang ada daripada membuang kelebihan yang ga guna...


terimakasih bapak tak dikenail,membagi ekspresinya.ekspresi bahwa segala sesuatu itu tetap ada hatinya.tetap ada jiwanya walaupun hanya terpantul dari jendela etalase.

No comments: